BAB II
PEMBAHASAN
Guru Sebagai Pendidik dan Segi-Segi
Pendidikan
A. Konsep Dasar
Didalam GBHN 1978 dinyatakan bahwa
pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah
tangga, sekolah, dan masyarakat. Jadi pendidikan adalah tanggung jawab bersama.
Sementara itu, di dalam GBHN 1993
dinyatakan bahwa pendidikan nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi,
baik antara berbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan maupun antara sektor
pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya serta antardaerah.
Mengingat pentingnya pendidikan, profesi
guru menjadi sangat dibutuhkan. Kebutuhan ini meningkat karena adanya lembaga
pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru profesional.
Guru tidak hanya mengajar, namun juga harus mendidik.
Mengajar
adalah profesi yang mempunyai nilai sosial yang tinggi, tidak diragukan lagi.
Guru yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik
dari warga negara masadepan. Profesi guru telah terkenal secara universal
sebagai suatu profesi yang anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membantu
orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi atau keuangan.
“Syarat
utama menjadi guru, selain ijazah dasn syarat-syarat yang mengenai kesehatan
jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat membberi
pendidikan dan pengajaran seperti yang dimaksud dalam pasal 3, pasal 4, dan 5
undangan-undang ini”. (Undang-undang no, 12 tahun 1954 pasal 15)
Jabatan
guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan
tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang
jabatan fungsional guru (skmenpanno.26/1989).
Adanya bermacam-macam
pendidkan yang dinisbahkan kepada kita sejak dari lahir dari rahim ibu kita
sampai akhir hayat. Adanya perbedaan antara pendidikan yang satu dengan yang
lain, bukan bermaksu untuk memisahkan satu dengan yang lainnya.
Adapun
pembagian segi-segi atau macam-macam pendidikan itu ialah :
Pendidikan
|
Jasmani
|
Rohani
|
Ketuhanan
|
Kesusilaan
|
Kecakapan
|
Kemasyarakatan
|
Keindahan
|
B.
Syarat-Syarat
Menjadi Guru Yang Baik
Tugas
guru tidak hanya “mengajar”, tetapi juga “mendidik”. Maka, untuk melakukan
tugas sebagai guru, tidak sembarang orang dapat menjalankannya. Syarat-syarat
menjadi guru yang baik tercantum dalam Undang-undang no, 12 tahun 1954 tentang
Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia, pada
pasal 15 dinyatakan tentang guru sebagai berikut:
“Syarat
utama menjadi guru, selain ijazah dasn syarat-syarat yang mengenai kesehatan
jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat membberi
pendidikan dan pengajaran seperti yang dimaksud dalam pasal 3, pasal 4, dan 5
undangan-undang ini”.
Berdasarkan
undang-undang tersebut syarat-syarat untuk menjadi guru dapat kita simpulkan
sebagai berikut :
1.
Berijazah
Ijazah
sebagai syarat untuk menjadi guru. Ijazah bukanlah semata mata sehelai kertas
saja. Ijazah adalah surat bukti yang menunjukkan bahwa seseoorang telah
mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan kesanggupan yang tertentu, yang
diperlukannya untuk suatu jabatan atau pekerjaan. Setiap orang yang berijazah belum dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, karena tiap orang membutuhkan pengalaman
dalam pekerjaan untuk mempertinggi hasil pekerjaannya.
2.
Sehat
Jasmani dan Rohani
Kesehatan
jasmani dan rohani adalah salah satu syarat yang penting bagi tiap-tiap
pekerjan. Sebagai guru pun syarat kesehatan itu merupakan syarat yang tidak
dapat di abaikan. Seorang guru yang cacat matany atau mukanya, umpamanya, akan
mengakibatkan ketertawaandan ejekan murid-muridnya, yang sudah tentu akan
mendatangkan hasil yang kurang baik bagi pendidkan muridnya.
Demikianlah,
kesehatan merupakan syarat utama bagi guru yang setiap hari bekerja.
3.
Taqwa
Kepada Tuhan YME, dan Berkelakuan Baik.
Dalam
GBHN 1983 – 1988 antara lain dinyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,dalam Undang–undang no 12 tahun 1954
pasal 3 menyatakan: tujuan pendidikan ialah membentuk manusia susila .
ketakwaan terhadap YME , kesusilaan, watak atau budi pekerti yang baik, tidak
mungkin diberikan oleh orang–orang yng tidak berketuhanan YME atau taat
beribadah menjalankan agamanya dan tidak
berkelakuaan baik .
4.
Bertanggung
Jawab
Sebagai
warga negara dari suatu negara yang demokratis, harus turut serta memikul
tanggung jawab atas kemajuan dan kemkmuran negara dan bangsanya. Jelas bahwa
seorang guru haruslah bertanggung jawab. Terutama terhadap tugasnya, yaitu
mengajar dan mendidik. Selain itu guru harus bertanggung jawab sebagai anggota
masyarakaat yang mempunyai tugas yang lain
.
5.
Berjiwa
Nasional
Guru
harus berjiwa nasional merupakan syarat yang penting untuk mendidik anak-anak,
sesuai tijuan pendidikan dan pengajaran yang telah di gariiskan oleh MPR,
seperti dinyatakan di dalam GBHN 1983-1988 dan UUD 1945.
Tersebut
adalah syarat menjadi guru, namun tidak kah kita semua ingin bahwa guru tidak
hanya sekedar guru yang dapat mengajar dan mendidik saja. Kita selalu
menginginkan sebagai seorang guru yang baik.
Untuk menjadi guru
yang baik dan dapat melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya, seorang
guru dituntut untuk memiliki kualitas yang dituntut dari profil seorang guru,
seperti :
1.
Memiliki kepribadian yang baik
2.
Memiliki pengetahuan dan pemahaman profesi
kependidikan
3.
Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
bidang spesialisasi
4.
Memiliki kemampuan dan keterampilan profesi
Disamping
itu guru juga dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan seperti : menguasai
materi pembelajaran dan kemampuan untuk memilih, menata, dan mengemas materi
pelajaran ke dalam cakupan dan kedalaman yang sesuai dengan sasaran kurikuler
yang mudah dicerna oleh siswa, memiliki pengusaaan tentang teori dan
keterampilan mengajar, memiliki pengetahuan tentang masa pertumbuhan dan
perkembangan siswa serta memiliki pemahaman tentang bagaimana siswa belajar.
C.
Sikap
dan Sifat-sifat Guru Yang Biak
Guru
membawa peranan penting dalam dunia pendidikan. Dengan adanya guru terciptalah
manusia-manusia yang berpendidikan, yang diharapkan dapat membawa bangsa ini
menjadi bangsa yang maju. Nammun tanpa adanya guru dunia ini menjadi suram.
Prof. Dr. S. Nasution, M.A menyebutkan
ada tiga sikap guru yaitu : Sikap
Otoriter (Guru mengatur setiap perbuatan anak); Sikap Permissive (Sikap yang membiarkan anak berkembang dalam
kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan); SikapRiil (Sikap yang memerlukan
kebebasan akan tetapi juga pengendalian). Banyak pandapat tentang sikap sebagai
guru yang baik, namun M. Ngalim Purwanto menyebutkan ada 10 sikap dan
sifat-sifat guru yang baik, yaitu :
1.
Adil
Seorang guru
harus adil dalam memperlakukan anak-anak didik harus dengan cara yang sama. Perlakuan
yang adil itu perlu bagi guru,
misalnya dalam hal memberi nilai dan menghukum anak-anak
didiknya harus dengan cara yang sama. Ia tidak membedakan anak yang cantik,
anak saudaranya sendiri, anak orang berpangkat, atau anak yang menjadi
kesayangannya
2.
Percaya
dan Suka Kepada Murid-Muridnya
Seorang guru harus percaya terhadap anak didiknya.
Seorang guru yang menaruh prasangka tidak baik kepada seorang anak dan kemudian
selalu “mengintai-ngintai” perbuatan dan tingkah laku anak itu, menandakan bahwa guru itu kurang atau
tidak percaya kepada anak itu. Anak-anak adalah makhluk yang tidak menpunyai
cacat-cacat, kecuali cacat-cacat yang mereka harapkan dari kita untuk menghilangkannya,
yaitu kebodohan, kedangkalan, dan kurang pengalaman.
3.
Sabar
dan Rela Berkorban
Kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan apalagi
pekerjaan guru sebagai pendidik. Pekerjaan pendidik tidak dapat disamakan
dengan membuat roti atau membuat rumah, yang hasilnya dapat dilihat beberapa
jam atau beberapa bulan kemudian. Maka akan sia-sia lah jika guru ingin lekas
dapat menikmati atau membbanggakan hasil pekerjaannya, seperti hasil hukumannya
atau nasehatnya yang telah diberikan kepada seorang anak. Jadi semua itu
memerlukan kesabaran dan kerelaan berkorban dari guru. Sifat sabar dan rela
berkorban itu ada pada seorang pendidik jika pendidik itu mempunyai rasa cinta
terhadap anak didiknya.
4.
Memiliki
Perbawa (gezag) Terhadap Anak-Anak
Gezag adalah kewibawaan. Tanpa adannya gezag pada pendidik tidak mungkin
pendidikan itu masuk ke dalam sanubari anak-anak. Tanpa kewibawaan, murid-murid
hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau
paksaan. Jadi bukan karena keinsyafan
atau karena kesadaran dalam dirinya.
5.
Penggembira
Seorang guru hendaklah memiliki sifat tertawa dan suka
memberi kesempatan tertawa bagi murid-muridnya. Sifat ini banyak gunanya bagi
seorang guru, antara lain akan tetap memikat perhatian anak-anak pada waktu
mengajar, anak-anak tidak lekas bosan atau lelah. Sifat humor yang pada
tempatnya merupakan pertolongan untuk memberi gambaran yang betul dari beberapa
pelajaran. Yang penting lagi adalah humor dapat mendekatkan guru dengan
muridnya, seolah-olah tidak ada perbedaan umur, kekuasaan dan perseorangan.
Dilihat dari sudut psikologi, setiap orang atau manusia mempunyai 2 naluri
(insting) : (1) naluri untuk berkelompok, (2) naluri suka bermain-main bersama.
Kedua naluri itu dapat kita gunakan secara bijaksana dalam tiap-tiap mata
pelajaran, hasilnya akan baik dan berlipat ganda.
6.
Bersikap Baik Terhadap Guru-Guru
Lain
Suasana baik diantara guru-guru nyata dari pergaulan
ramah-tamah mereka di dalam dan di luar sekolah, mereka saling menolong dan
kunjung mengunjungi dalam keadaan suka dan duka. Mereka merupakan keluarga
besar, keluarga sekolah. Terhadap anak-anak, guru harus menjaga nama baik dan
kehormatan teman sejawatnya. Bertindaklah bijaksana jika ada anak-anak atau
kelas yang mengajukan kekurangan atau keburukan seorang guru kepada guru lain.
7.
Bersikap Baik Terhadap Masyarakat
Tugas dan kewajiban guru tidak hanya terbatas pada sekolah
saja tetapi juga dalam masyarakat. Sekolah hendaknya menjadi cermin bagi
masyarakat sekitarnya, dirasai oleh masyarakat bahwa sekolah itu adalah
kepunyaannya dan memenuhi kebutuhan mereka. Sekolah akan asing bagi rakyat jika
guru-gurunya memencilkan diri seperti siput dalam rumahnya, tidak suka bergaul
atau mengunjungi orang tua murid-murid, memasuki perkumpulan-perkumpulan atau
turut membantu kegiatan masyarakat yang penting dalam lingkungannya.
8.
Benar-Benar Menguasai Mata
Pelajarannya
Guru harus selalu menambah pengetahuannya. Mengajar tidak
dapat dipisahkan dari belajar. Guru yang pekerjaannya memberi
pengetahuan-pengetahuan dan kecakapan-kecakapan kepada muridnya tidak mungkin
akan berhasil baik jika guru itu sendiri tidak selalu berusaha menambah
pengetahuannya. Jadi sambil mengajar sebenarnya guru itu belajar.
9.
Suka Pada Mata Pelajaran Yang
Diberikannya
Mengajarkan mata pelajaran yang disukainya hasilkan akan
lebih baik dan mendatangkan kegembiraan baginya daripada sebaliknya. Di sekolah
menengah hal ini penting bagi guru untuk memilih mata pelajaran apa yang
disukainya yang akan diajarkannya.
10. Berpengetahuan
Luas
Selain mempunyai pengetahuan yang dalam tentang mata pelajaran
yang sudah menjadi tugasnya akan lebih baik lagi jika guru itu mengetahui pula
tentang segala tugas yang penting-penting, yang ada hubungannya dengan tugasnya
di dalam masyarakat. Guru merupakan tempat bertanya tentang segala sesuatu bagi
masyarakat. Guru itu mempunyai dua fungsi isitimewa yang membedakannya dari
pegawai-pegawai dan pekerja-pekerja lainnya di dalam masyarakat. Fungsi yang
pertama adalah mengadakan jembatan antara sekolah dan dunia ini. Fungsi yang
kedua yaitu mengadakan hubungan antara masa muda dan masa dewasa.
D.
Mengajar
dan Mendidik
Pada
hakikatnya, antara mengajar dan mendidik itu tidak ada perbedaan yang tegas.
Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan. Siapa yang mengajar, ia juga mendidik; dan
siapa hendak mendidik, harus juga mengajar.
Yang
di sebut mengajar ialah memberi pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan
atau keterampilan kepada anak-anak. Sedangkan mendidik ialah membentuk budi
pekerti dan watak anak-anak. Pekerjaan guru ialah “mengajar” murid-murid. Jadi
nyatalah bahwa kedua kata itu-mendidik dan mengajar- sama-sama digunakan tenaga
pekerjaan guru.
Adanya perbedaan antara mengajar dan
mendidik seorang anak menurut pandapat lain, “Mendidik sering dimaknai sama
dengan mengajar. Sebenarnya mendidik lebih luas maknanya dibanding
mengajar. Mendidik (Pedagogy) yang dikatakan orang sebagai pranata yang dapat
menjalankan tiga fungsi sekaligus.. pertama, mempersiapkan generasi muda untuk
memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer
pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer
nilai-nilai dalam rangka memelihara kebutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai
prasayarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Jadi mendidik
bukan hanya transfer of knowladge
tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia. Sementara
menagajar hanya pada tataran transfer of knowladege.”
Tujuan guru
mengajar adalah agar bahan yang disampaikannya dikuasainya sepenuhnya oleh
semua murid, bukan hanya oleh beberapa orang saja yang diberikan angka
tertinggi.
Menurut Sutari
Imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhi dan menentukan;
1.
Adanya
tujuan yang hendak di capai.
2.
Adanya
subjek manusia.
3.
Yang
hidup bersama dalam linkungan hidup tertentu.
4.
Yang
menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan.
Mengajar
terdiri atas sejumlah kejadian-kejadian tertentu. Banyak sedikit
bagian-bagiannya serta urutannya sebagai berikut :
1.
Membangkitkan
dan memelihara perhatian. Dengan
stimulus ekstern kita berusaha untuk membangkitkan perhatian itu.
2.
Menjelaskan
kepada murid hasil apa yang diharapkan daripadanya
setelah belajar. Ini dilakukan dengan komunikassi verbal.
3.
Merangsang
murid untuk mengingat kembali konsep,
aturan, dan keterampilan yang merupakan prasyarat agar memahami pelajaran yang
akan diberikan.
4.
Menyajikan stimulasi yang berkenaan dengan bahan
pelajaran.
5.
Memberi
bbimbingan kepada murid dalam proses
belajar
6.
Memberikan
feedback atau umpan balik dengan
memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak.
7.
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada
murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu
dengan memberikan beberapa soal.
8.
Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh
tambahan untuk menggenaralisasikan apa yang telah dipelajari itu sehingga ia
dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain.
9.
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan
untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu.
Dalam mengajar
hal tersebut dapat terjadi sebagian atau semuanya. Peluang berkompetisi,
kerjasama, dan solidaritas dalam pembelajaran diharapkan merupakan perwujudan
sebagai efek penggiring (nurturing effect)
dari strategi pembelajaran yang berciriklan individual competitive dan
colaborative-cooperative. Secara teknis kegiatan belajar mengajar yang bercirikan hal tersebut menampakkan pada
3 hal yang bagaimana mengelola ruang kelas, bagaimana mengelola siswa, dan
bagaimana menelola kegiatan pembelajaran,
bagaimana isi pembelajaran, dan bagaimana mengelola sumber belajar.
E. Segi-Segi Pendidikan
Pendidikan itu bermacam-macam, dengan
adanya bermacam-macam pendidikan bukan berarti untuk memisahkan segi pendidikan
yang satu dengan segi pendidikan yang lain.
Adapun pembagian segi-segi atau
macam-macam pendidikan itu ialah :
1.
Pendidikan
Jasmani
Pendidikan jasmani bukanlah mata pelajaran gerak badan,
melainkan pendidikan yang erat bersangkut-paut dengan pertumbuhan dan kesehatan
jasmani anak-anak. Pendidikan itu sebenarnya merupakan pendidikan
keseluruhan atau pendidikan kepribadian,
maka tidak mengherankan jika pendidikan jasmani juga besar sekali gunanya bagi
pembentukan kerohanian.
Pendidikan jasmani dilaksanakan sejak anak masih kecil,
di dalam keluraga oleh orang tua.
Tujuan pendidikan jasmani pun membentuk kepribadian, jadi
mengenai bermacam-macam segi pendidikan pula, antara lain;
a. Untuk
menjaga dan memelihara kesehatan badan, seperti alat-alat pernapasan, peredaran
darah, pencernaan makanan melatih otot-otot dan urat-urat saraf, melatih
kecekatan, dan ketangkasan.
b. Membetuk
budi pekerti anak-anak, seperti melatih keabaran, keberanian, kejujuran, sportivitas, taat
kepada peraturan-peraturan, kesukaan, dan kerajinan bekerja.
c. Memupuk
perasaan kesosialan, seperti tolong-menolong, bekerja sama, setia kawan (solidaritas),
dan yang umumnya dapat dicapai dengan permainan-permainan rombongan, dan bekerja
kelompok.
d. Memupuk
perkembangan fungsi-fungsi jiwa, seperti kecerdasan, ingatan, perasan, dan
kemauan.
Tugas
sekolah terhadap pendidikan jasmani anak mempunyai dua segi :
1) Segi
positif : yang berarti secara langsung berusaha memupuk perkembangan jasmani
anak-anak, seperti kesehatan, ketangkasan, dan keberanian.
2) Segi
preventif yang berarti secara tidak langsung menjaga supaya perkembangan dan
kesehatan jasmani anak itu jangan sampai terganggu.
2.
Pendidikan
Kecakapan
Pendidikan kecakapan bermaksud mengembangkan daya pikir
(kecerdasan) dan menambah pengetahuan anak-anak. Pendidikan kecakapan juga
merupakan syarat dasar untuk malaksanakan macam-macam atau segi-segi pendidikan
yang lain, seperti pendidikan
kemayarakatan.
Pendidikan kecakapan
mempunyai dua tugas, yaitu :
1)
Pembentukan
fungsional (pengaruh ilmu jiwa daya)
Maksudnya
ialah pembentukan fungsi-fungsi jiwa, seperti pengamatan, ingatan, fantasi,
berfikir, perasaaan, dan kemauan.
2)
Pembentukan
material
Pembentukan
intelek juga disebut pembentukan material jika didalamnya bermaksu menambah
ilmu pengetahuan atau bahan-bahan (materi) yang dibutuhkan didalam kehidupan
manusia.
Pembentukan material dapat dibagi menjadi dua bagian :
a. Menambah pengetahuan:
seperti dengan mengajarkan sejarah, geografi, biologi, bahasa, matematika, dan
fisika.
b. Menambah keterampilan:
seperti dalam pelajaran menulis, membaca, menggambar, mengetik, menjahit, dan
vak-vak kejujuran.
3. Pendidikan Agama
Pendidikan Agama
diselenggarakan dan diatur oleh Depatemen Agama bekerja sama dengan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Guna memberikan pelajaran-pelajaran umum dan
menyesuaikan tingkat-tingkat sekolah umum yang diselenggarankan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, (madrasah ibtidaiyah-sekolah dasar; madrasah
tsanawiyah-SMP; madrasah aliyah-SMA). Dengan itu madrasah-madrasah hendaknya
memberikan pelajaran Agama Islam sebagai pelajaran dasar sekurang-kurangnya 30%
disamping pelajaran umum, guna dapat mensejajarkan dengan lulusan sekolah umum
yang setingkat.
Tujuan Agama disekolah-sekolah umum ialah untuk mendidik
anak-anak supaya menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang berarti taat dan patuh menjalankan perintah serta menjauhi
larangan-larangan-Nya seperti yang diajarkan di dalam Kitab Suci yang dianut
oleh Agama masing-masing.
4.
Pendidikan
Kesusialaan
1) Tujuan Pendidikan kesusilaan
Pendidikan kesusialaan atau pendidikan budi pekerti
sebenarnya erat sekali hubungannya dengan pendidikan Agama. Orang-orang yang
tipis Iman dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yamng Maha Esa akan mudah terjerumus
ke dalam perbuatan-perbuatan yang melanggar kesusilaan. Orang yang lebih
menjadi tebal perasaan kesusilaannya jika orang itu makin mendekatkan dirinya
kepada Tuhan, dan taat serta patuh menjalankan agamanya.
Tujuan pendidikan kesusilaan itu ialah mendidik anak
menjadi orang yang berkepribadian dan berwatak baik.
2) Dasar-dasar pendidikan kesusilaan
Pendidikan kesusilaan tidak mungkin dilaksanakan hanya
dengan memberi tahu saja tentang baik
dan buruk. Yang lebih penting lagi ialah perbuatan
kesusilaan. John Dewey menegaskan bahwa pendidikan kesusilaan tidak akan
berhasil hanya dengan berpidato tentang baik buruk, dengan hanya bercerita di
depan kelas tentang hal-hal yang baik dan buruk.
Dalam pembentukan watak manusia, menurut John Dewey, ada
tiga unsur yang penting, yaitu :
1. Kemauan yang
timbul dari inisiatif sendiri, tak terhalang, yang dapat dikembangkan oleh
anak-anak.
2. Kejernihan keputusan (daya pikir yang
baik) yang dapat terbentuk dengan penyelidikan dan
perbuatan-perbuatan yang dilakukan sendiri oleh anak-anak.
3. Kehalusan perasaan
yang dapat ditanamkan dengan dikembangkan dengan bekerja sama dan dalam
pergaulan sehari-hari dangan anak-anak lain.
3) Sumber-sumber kesusilaan
a)
Agama
Tiap-tiap agama mempunyai peraturan-peraturan,
hukum-hukum tentang baik dan buruk yang harus dijalankan ataupun dijauhi oleh
penganutnya. Baik agama Islam, Kristen, maupun Budha, semuanya mengajarkan
norma-norma kesusilaan yang sesuai dengan asas-asas demokrasi. Bahkan dapat
dikatakan bahwa norma-norma kesusilaan
yang berlaku dalam masyarakat dan negara dari zaman dahulu sampai sekarang,
sebagian besar berasal dari agama.
b)
Negara
Norma-norama kesusilaan yang terdapat dalam agama dan
negara tidak banyak berbeda. Kekuasaan negara dan kekuasaan agama terikat
menjad satu. Sejak masuknya agam Islam kemari, kekuasaan negara itu terpisah
dari kekuasaan agama.
Dengan Pancsila sebagai dasar negara, berarti bukan hanya
norma-norma kesusilaan yang bersifat nasional saja yang dianjurkan, melainkan
juga norma-norma yang bersifat umum.
c)
Masyarakat
Umumnya dalam masyarakat, terutama masyarakat kecil
seperti kampung-kampung dan desa-desa., terdapat solidaritas atau rasa setia
kawan yang sangat kuat. Orang-orang dalam masyarakat kecil itu hidup
tolong-menolong , tenggang-menenggang, yang seseorang bergantung kepada yang
lain. Siapa yang berani berbuat atau berlaku lain dari biasanya berlaku dalam
kelompok itu, dianggapnya melanggar adat dan kesusilaan, dan biasanya
diasingkan dari kelompok tersebut.
Dalam zaman yang telah maju sekarang ini, dan dalam
negara nasional yang berasaskan Pancasila, sewajibnyalah pendidikan kesusilaan
itu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan negara dan masyarakat yang
lebih luas. Norma-norma kesusilaan masyarakat manakah yang lebih sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan zaman, hendalah bijaksana.
d)
Pribadi
Orang sekarang tidak hanya mengakui agama dan negara
serta masyarakat saja yang dapat dipandang sebagai sumber kesusilaan. Orang
sekarang berpendapat bahwa pribadi juga merupakan faktor yang dapat menentukan
sendiri tentang baik atau buruk yang berlaku pula bagi umum.
Kebebasan manusia sebagai individu yang dapat menentukan
dan berpendapat sendiri, dalam masyarakat pada waktu itu dengan sendirinya
tidak ada. Humanisme mengharapkan kebebasan berpendapat bagi setiap orang
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan masyarakat. Ia
menentang sifat tunduk secara mutlak terhadap suatu kekuasaan, juga mencari
norma-norma dalam pikiran yang bebas.
Orang hendaklah mengusahakan supaya dalam pendidikan
kesusilaan itu memberikan pengertian dan paham tentang sebab-musabab
pertentangan antara norma-norma
kesusilaan yang ideal dan kenyataan yang sering menyalahi ajaran-ajaran
kesusilaan itu. Hal inni berarti bahwa pendidikan harus mengusahakan agar
anak-anak membentuk pendapat sendiri melalui pengamatan dan pengalaman sendiri.
e)
Ilmu
dan filsafat
Ilmu-ilmu pengetahuan seperti sejarah, etnologi,
sosiologi, psikologi, biologi, banyak membicarakan hal-hal kehidupan dan
perkembangan manusia dan masyarakat; dengan demikian juga mengenai kesusilaan.
Berkat penyelidikan ilmu-ilmu tersebut, banyak norma kesusilaan yang
didapatkannya, yang lebih bersifat umum dan lebih sesuai dengan keadaan
kemajuan zaman.
Dalam perkembangan manusia dan masyarakat terlihat bahwa
individu makin mendapatkan kebebasan. Tetapi kebebasan individu yang makin
besar itu menyebabkan pula bertambahnya tanggung jawab yang dipikul oleh
indivdu itu terhadap keseluruhan, yaitu masyarakat.
Sebelum itu, ilmu filsafat telah memberi kita
ajara-ajaran tentang kesusilaan dan kebenaran-kebenaran yang berlaku umum.
5.
Pendidikan
Keindahan
1) Norma-norma keindahan
Dalam pelajaran psikologi nahwa cita rasa (ukuran untuk merasakan baik dan buruk) pada tiap-tiap
orang itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a) Pembawaan dan bakat seseorang.
Orang yang berpembawaan kearah keindahan atau bakat seni, lebih mudah merasakan
dan melakukan kesenian dari pada yang lain.
b) Lingkungan (milieu)
seseorang. Ada lingkungan yang memberi banyak kesempatan kepada seseorang untuk
selalu berbuat dan merasakan segala yang indah, dan atau untuk melahirkan bakat
seninya, dan ada pula yang sebaliknya.
c) Aliran seni dan mode yang
berlaku, misalnya potongan pakaian yang dikatakan bagus lima tahun lalu,
mungkin sekarang dikatakan kolot dan buruk.
d) Umur juga mempengaruhi
cita rasa seseorang. Penilaian tentang bagus atau indah pada anak yang berumur
7 tahun sering berbeda dengan penilaian orang dewasa.
e) Nama dan kemashuran pencipta
suatu lagu, hubungan kita dengan pencipta kesenian tesebut.
2) Dasar-dasar pendidikan keindahan
a) Tidak
hanya teori saja yang diberikan kepada anak-anak, tetapi juga-dan ini yang
penting-membiasakan anak-anak mempraktikkan
keindahan itu dirumah, disekolah, dan dimana saja.
b) Tidak
hanya intelek atau pikiran saja yang
kita isi agar anak-anak dapat membedakan mana yang lebih indah dan mana yang
buruk, tetapi yang terpenting adalah membentuk kemauan dan menanamkan ke dalam sanubari anak-anak perasaan cinta terhadap keindahan.
3) Kebersihan, kesehata, dan keindahan
Sebuah rumah yang dihiasi dengan beraneka ragam bunga
warna dan hiasan-hiasan lain, belum dapat dikatakan indah jika disekitar rumah
itu tumbuh rumput yang tinggi-tinggi tidak teratur, dan disana-sini berserakan
timbunan dan benda-benda lain yang tidak pada tempatnya. Kiranya bahwa 3K tidak
dapat dipisahkan jika kita ingin menghendaki supaya pendidikan keindahan itu
berhasil baik.
4) Usaha-usaha pendidik
a)
Didalam
rumah tangga
Didalam
rumah tangga orang tua dapat mendidik anak-anaknya kearah keindahan :
(1) Membiasakan
anak-anak sejak kecil berlaku bersih.
(2) Membiasakan
anak-anak mengerjakan sehala sesuatu dengan tertib
dan teratur.
b)
Di
lingkungan sekolah
(1) Menghiasi
kelas bersama-sama gambar, lukisan-lukisan atau hasil pekerjaan hasil pekerjaan
tangan anak-anak sendiri.
(2) Mengatur
dan memelihara kebun sekolah, berkebun bunga, mengatur buku-buku perpustakaan,
membersihkan kaca jendela.
(3) Membiasakan
anak untuk menulis dengan teratur dan bersih, pekerjaan tangan, mengarang,
bercerita, bermain, dan bernyanyi.
6.
Pendidikan
Kemasyarakatan
1) Tugas dan tujuan pendidikan
kemasyarakatan (pendidikan sosial)
Ketika kecil, mula-mula anak-anak itu
hanya mempunyai hak saja. Di dalam rumah tangga ia mempunyai hak dipelihara dan
dilindungi oleh orang tua dan keluarganya. Terhadap masyarakat dan negara, anak
belum mempunyai kewajiban. Tetapi lama-kelamaan secara berangsur keadaan itu
berubah. Makin besar anak itu, makin luaslah lingkungan kewajiban anak itu.
Dari kwajiban didalm keluarganya, meluas menjadi kewajiban terhadap
pekerjaan-pekerjaan disekolah, masyarakat, dan akhirnya terhadap negara dan
Tuhan.
Tugas dan tujuan pendidikan sosial adalah :
a) Mengajar anak-anak
yang hanya mempunyai hak saja, menjadi manusia yang tahu dan menginsafi
tugas-kewajibannya terhadap bermacam-macam golongan dalam masyarakat.
b) Membiasakan anak-anak
berbuat mematuhi dan memenuhi tugas kewajiban sebagai anggota masyarakat dan
sebagai warga negara.
2) Lingkungan sosial dan pendidikan sosial
Yang termasuk lingkungan sosial ialah setiap orang dan
anak-anak yang berhubungan dengan anak itu. Selain itu, yang termasuk pula
lingkungan sosial ialah pendidikan.
Pendidikan sosial ialah pengaruh yang disengaja yang
datang dari pendidik itu sendiri, dan pengaruh itu berguna untuk :
a) Menjadikan
anak itu anggota yang baik dalam golongannya.
b) Mengajar
anak itu supaya dengan sabar berbuat sosial dalam masyarakat.
3) Usaha-usaha pendidik
Seharusnya pendidikan dimulai sejak anak itu masih kecildi
dalam keluarga.
a) Usaha-usaha yang dapat dilakukan didalam
keluarga
(1) Sejak
masih kecil benar anak itu sudah dibiasakan hidup bersih dan tertib.
(2) Diajar
menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
(3) Anak-anak
belajar menahan diri dan belajar mengekang keinginan dan kehendaknya.
(4) Kebiasaan-kebiasaan
yang baik itu harus makin diinsafi oleh anak-anak sendiri.
b) Di Sekolah
Disamping menerima berbagai pelajaran dari guru,
disekolah anak-anak harus pula dididik perasaan sosialnya.
(1) Secara praktis
(a) Anak-anak
dibiasaakan datang dan pergi
kesekolah tepat pada waktunya.
(b) Anak-anak
harus diajar bekerja secara teratur.
(c) Anak-anak
harus dibiasakan melakukan segala
sesuatu di sekolah menurut peraturan
yang berlaku disekolah itu.
(d) Anak-anak
diajar dan menyesuaikan diri dengan
anak-anak lain di sekolah.
(2) Dengan melalui berbagai mata pelajaran
(a) Pekerjaan tangan
Anak-anak
membuat bak pasir, berkebun, membuat peta timbul dan lainnya.
(b) IPS
Dengan
pelajaran IPS, guru dapat menceritakan bahwa kehidupan suatu bangsa atau suatu
negara bergantung pada bangsa dan negara lain.
(c) Sejarah dan PSPB
Melalui pelajaran PSPB, anak-anak belajar sejarah
perjuang bangsa yang akan membentuk pribadinya sebagai bangsa Indonesia yang
tinggi rasa Nasionalismenya.
(d) Bahasa
Dalam
pelajara bahasa, seperti pada membaca, banyak terdapat bacaan yang menguraikan
riwayat orang-orang yang berjasa dan cerita-cerita yang mengandung ajaran
kemasyarakatan.
(e) Pendidikan jasmani
Mata
pelajaran jasmani adalah satu-satunya alat pendidikan yang langsung dapat
membentuk pribadi anak-anak, disamping memberikan ketangkasan dan kecekatan.
(3) Pendidikan Hendaklah Harmonis
Hamonis artinya selaras; harmoni berarti keselarasan. Dalam mendidik anak-anak itu,
harus ada harmoni atau keselarasan (keseimbangan, perbandingan) amtara
segi-segi pendidikan yang satu dengan yang lain, menurut nilai dan kepentingan
masing-masing.
Pendidikan yang harmonis berarti pula tidak hanya
memeentingkan pendidikan anak sebagai individu (pedagogik individu) saja,
tetapi juga mendidik anak mendidik anak menjadi orang yang mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai anggota masyarakat (pedagogik sosial).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian tersebut maka dapat kami
bahwa :
Mengajar dan mendidik memiliki perbedaan
dari segi yang disampaikan. Kalau mengajar ialah hanya menyampaikan ilmu
pengetahuan (transfer of knowladege),
dan melatih keterampilaan pada anak. Sedangkan mendidik ialah tidak hanya
menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer
of knowledge) kepada anak, namun juga menyampaikan nilai (transfer of value).
Untuk
menjadi guru harus memiliki syarat-syarat tertentu yang diatur dalam
Undang-undang no, 12 tahun 1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran
di sekolah untuk seluruh Indonesia, pada pasal 15. Selain tiu seorang guru
dituntut untuk memiliki kualitas yang dituntut dari profil seorang guru,
seperti :
1. Memiliki
kepribadian yang baik
2. Memiliki
pengetahuan dan pemahaman profesi kependidikan
3. Memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang bidang spesialisasi
4. Memiliki
kemampuan dan keterampilan profesi
Selain memenuhi syarat-syarat untuk
menjadi guru yang baik, guru juga harus memiliki sikap-sikap yang dapat
dijadikan teladan oleh anak-anaknya. Ada beberapa sikap yang dibutuhkan oleh
seorang guru. Drs. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan
Praktis menyebutkan sikap dan sifat-sifat guru yang baik ialah :
1. Adil
2. Percaya
dan suka kepada muridnya
3. Sabar
dan rela berkorban
4. Memiliki
perbawa (gezag) terhadap anak-anak
5. Penggembira
6. Bersikap
baik terhadap guru-guru lainnya
7. Bersikap
baik terhadap masyarakat
8. Benar-benar
menguasai mata pelajaran
9.
Suka kepada mata pelajaran yang
diberikannyaberpengetahuan luas
Pendidikan memiliki segi-segi atau
bermacam-macam, yaitu :
a. Pendidikan
Jasmani
b. Pendidikan
Rohani
Pendidikan
rohani ada 5 macam, yaitu :
1. Pendidikan
Kecakapan
2. Pendidikan
Ketuhanan (Agama)
3. Pendidikan
Kesusilaan
4. Pendidikan
Keindahan
5.
Pendidikan Kemasyarakatan
2.
Saran
1. Kepada
guru dan calon sebaiknya memiliki syarat dankriteria sebagai guru yang
profesional. Agar dapat memberikan manfaat kepada anak-anak dan mayarakat pada
umumnya.
2.
Kepada masyarakat sebaiknya membantu sekolah
dalam mendidik anak ketika masih dalam lingkungan masyarakat. Karena pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah. 2005, Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Muslich, Masnur. 2007, pembelajaran berbasis kompetensi dan konstektual, Bumi Aksara :
Jakarta.
Prof. Dr. S. Nasution, M.A., 1982, berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar, Bumi Aksara
: Jakarta.
Purwanto, M. Ngalim, MP., 2003, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosdakarya : Bandung.
hahahahah...... mouse q di ikutin 'budjel mengutip blog'bikin gemes :D
BalasHapus